Minggu, 01 Juni 2014

a last night with you

A LAST NIGHT WITH YOU
Tak kusangka liburan kali ini akan sangat melelahkan. Seminggu melakukan pendakian di gunung kelabat memang sangat melelahkan.Sebenarnya aku juga tidak mau menghabiskan acara liburanku dengan melakukan pendakian macam ini.Tapi ini semua adalah kemauan orang tuaku, dan aku sebagai anak yang memiliki sifat yang sangat hormat kepada orang tuaku, mau tidak mau aku harus ikut bersama dengan mereka. Padahal sebelumnya, dari jauh hari sebelum liburan, aku sudah menjadwalkan kegiatanku selama liburan.Tapi semuanya sia-sia, aku harus membatalkan semua acara liburanku saat itu dan mengikuti orang tuaku dalam pendakian mereka.
       Singkat cerita, aku dan kedua orang tuaku sudah pulang dari acara liburan kami di gunung, alias pendakian kami. Dan karena jarak antara gunung kelabat dan rumah ku yang agak jauh, dan juga ditambah dengan macetnya jalan raya, aku dan keluargaku sampai di rumah pada pukul tujuh malam. Padahal kami berangkat dari pukul delapan pagi.
       Sesampainya dirumah, aku langsung bergegas ke kamar mandi, yang berada di kamarku. Maklum kamar tidurku sudah dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, jadi tidak usah repot jika mau mandi atau yang lainnya, yang memerlukan ruangan tersebut.
        Aku membuat penuh bathub dengan air yang hangat.Tak butuh waktu lama, aku segera masuk ke dalam bathub setelah sebelumnya membuka seluruh pakaianku.
         “Ahhh, sungguh nikmat.”Ucapku ketika merasakan betapa nikamatnya mandi dengan air hangat setelah seminggu di pendakian. Aku hanya memerlukan sepuluh menit di dalam bathub untuk menyegarkan pikiranku. Setelah aku keluar dari dalam baathub, aku segera ke kamar dan mengenakan pakaian yang sebelumnya telah kusiapkan.
                Mataku sudah benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Sekarang aku sudah benar-benar mengantuk, ini pasti karena aku kecape’an setelah pendakaian. Aku segera membariangkan tubuhku di atas kasur dan tak butuh waktu lama segera memasuki alam mimpiku.
.
.
.
.
               
DZZZT....
                DZZZT....
                Suara dan getaran yang ditimbulkan handphone menggetkanku. Padahal aku baru tidur selama lima belas menit.
                “Ck, siapa sih yang ganggu!? Gak tau apa kalau gue udah capek banget!?” gerutuku dalam hati pada orang yang menelponku. Paahal jika dipikirkan secara logika orang itu tidak mungkin tahu kan kalau aku sedang kelelahan, apalagi yang ku lihat adalah nomor baru.
                “Hal….”
“HALLOOO SAYANG” Belum sempat aku meneruskan sapaanku, orang yang menelponku sudah mendahului dengan mengeluarkan yang tidak bisa dibilang pelan. Reflex aku harus menjauhkan handphone dari telinga.
“Hwaaa!! Siapa sih lo!?Ganggu orang aja!!!”Aku berteriak karena saking kesalnya dengan orang itu.
“Ah, sayang, ini aku masa kamu gak kenal dengan suaraku?hahaha” Orang ituterus saja memanggilku dengan sebutan sayang. Lama-kalemaan aku mulai bisa mengenali siapa itu.
“Kau? Nico?”Tanyaku.
“Ahahaha, akhirnya kamu mengenaliku juga, sayang Riny” Ah, ternyata dugganku memang benar, dia adalah Nico.
“Gak usah pakai sayang kali.”Ucapku berusaha dibuat dengan suara memelas.Tetapi yang sebenarnya, aku sangat senang dia memangggilku dengan sebutan sayang. Karena sebenarnya aku suka padanya. Tetapi aku sangat malu mengatakannya. Aku malu mengatakan apa yang aku rasakan pada Nico. Karena aku berpikir aku tak layak dengannya .Ya, dia adalah orang terpenting di sekolah, sedangkan aku? Aku hanyalah murid biasa yang selalu melihatnya dari kejauhan, bahkan aku tak berani mendekatinya walaupun hanya semeter saja. Tatapi entah kenapa, sekarang dengan telingaku sendiri, aku mendengar dia memanggilku sayang. Dia memanggilku dengan sebutan sayang. Padahal sebelumnya dia seperti tidak pernah memperhatikanku, tidak pernah melirikku. Bahkan pernah aku dan dia berpapasan, tetapi melirikkupun tidak, atau bahkan tersenyum saja. Dia tidak pernah melakukannya.
“Riny? Sayang kau tidak apa-apa kan?”Suara NIco menyadarkanku dari lamunanku tentangnya.
“Nic, kamu kenapa sih?” Tanyaku penasaran karena perubahan nico
“Aku gak apa-apa sayang. Eh malam ini aku akan ke rumah kamu. Kita akan jalan-jalan. Bye sayang  sampai ketemu disana yah! Oh iya jangan lupa pakai pakaian yang indah yah!”
“Tapi nic.. haloo nic, nic, nico!!” Teleponya terputus.
“Uh, padahal aku sangat kelelahan.”Aku berdecak kesal karena memang saat ini aku benar-benar kelelahan. Tetapi yang sebenarnya hatiku sangat senang diajak jalan-jalan oleh orang yang selama ini aku sukai. Memang benar kata orang, fisik dan hati kadang memiliki jalan yang berbeda.
“hmn. +6290909090909..nomor aneh” Aku melirik nomor yang dipaki Nico untuk menelponku.
Tanpa pikir panjang lagi, aku segera mencari pakaianku yang paling indah menurutku
“Semoga ini juga indah di pandangan Nico” Ucapku sambil melihat tubuhku yang berbalut kaos putih yang dilindugi jacket  blazer berwanna putih di depan cermin yang ada di lemari bajuku, aku juga saat ini menggunakan jeans yang berwarna putih dan tak ketinggalan jepitan rambut bermotif bunga aster putih menghias kepalaku. Entah kenapa malam ini aku ingin sekali menggunakan pakaian putih.
Dua puluh menit kemudian aku mendengar bunyi bel rumahku. Segera aku turun dari kamarku yang terletak di lantai dua dan membuka pintu.
“Riny sayang!!!”Ucap Nico sambil memelukku. Yah, yang datang adalah Nico, orang yang selama ini terasa sangat sulit untuk aku gapai, kini dia berada di dekatku dan……. Memelukku.
“Nico, kamu kenapa sih?”Ucapku aneh ketika merasakkan pelukan Nico yang mengancang seperti seorang yang tak mau kehilangan.
“Gak, aku gak apa-apa. Ayo!” Ucap Nico kemudian mengandengku menuju sebuah mobil yang terparkir di depan rumahku.
Sungguh malam yang sangat indah buatku, Nico mengajakku ke tempat-tempat yang aku sukai. Dia mengajakku makan di sebuah restoran kesukaanku, mengajakku menonton sebuah film yang dari dulu aku selalu memimpikan untuk menontonnya bersama pasanganku,. Dan kini aku menontonnya bersama Nico, bersama dengan orang yang sangat aku kagumi, bersama dengan orang yang sangat aku sukai, bersama dengan orang yang selalu menjadi penghias taman mimpiku. Dia juga mengajak aku ke tempat-tempat yang lainnya seperti taman bermain, pasar malam, dan yang lainnya. Dia juga membelikanku boneka beruang berwarna putih, yang anehnya hanya ada satu di took boneka itu. Selain itu, dia juga memberiku kalung hati yang sangat indah. Dia terus mengajakku berjalan-jalan menuju tempat yang selalu aku impikan untuk aku kunjungi dengannya. Dan di sepanjang perjalanan dia selalu menggandeng tanganku. Seperti tak mau lepas dariku. Dan kemudian dia mengajakku ke sebuah bukit, yang dapat melihat keindahan kota ini.
Aku dan dia kini berbaring berdampingan memandang kearah langit yang pada malam ini sungguh indah karena dihiasi dengan bintang yang begitu banyak. Nico mendekap tubuhku padanya dan memelukku erat, membuatku sangat nyaman.
“Rin.”
“Yah Nic?”
“Aku sangat senang malam ini. Aku sangat senang karena aku sekarang bisa bersama-sama dengan kamu.”
“Aku juga Nic. Malam ini adalah malam terindah di dalam hidupku.” Aku mengencangkan pelukanku pada Nico
“Rin.”
“Yah Nic?” Aku menatapnya sehingga membuat wajahku dan wajahnya sangat dekat.
“Aku… Sebenarnya aku sangat mencintaimu. Sudah lama aku mengagumimu tetapi aku sangat takut untuk mengatakannya.”
                DEG!!
                Jantungku serasa berhenti berdetak ketika mendengar perkataan dari Nico.
                “Nic? Apa kau tidak salah?”
                “Tidak Rin! Aku benar-benar mencintaimu”
                “Nic kamu tidak bercanda kan?”
                “Tidak Rin, aku sedang tidak bercanda. Aku mencintaimu Riny” Ucap Nico dengan mata yang begitu sayu.
                “Aku juga mencintaimu Nico. Aku sangat mencintaimu” Ucapku yang mulai mengeluarkan air mata bahagia, karena orang yang selama ini aku cintai diam-diam juga memiliki perasaan yang sama denganku.
                “Aku tak mau kehilanganmu Rin!”Nico membelai pipiku dengan tangannya yang sangat lembut, dari tatapannya dia separti merasakan takut.
                “Aku mohon jagalah dirimu Rin.” Ucap Nico, air matanya mulai jatuh.
                “Nic, kau kenapa? Memangnya kau ingin kemana?”Aku mulai khawatir melihat Nico yang terus saja menangis sambil mengucapkan hal-hal aneh seolah dia ingin pergi dariku.
                “Mungkin aku adalah lelaki terbodoh di dunia ini, aku tak akan pernah mampu menjagamu lagi, seandainya waktu dapat di putar, aku ingin mengulangnya dari awal. Bersamamu.”Nico terus saja menangis sambil membelai pipiku dengan sangat lembut.
                “Hiks..Nic..”Aku berucap lirih mendengar kata-katanya.
                “Apapun yang terjadi. Kumohon jagalah dirimu Rin! Dan…. Apapun yang terjadi, berjanjilah untuk terus tersenyum! Karena aku tidak suka melihatmu menagis.”Nico terus saja mengatakan hal-hal yang membuat hatiku bertambah khawatir.
                “Berjanjilah Padaku Rin, bahwa kau akan terus tersenyum!” Ucap Nco sambil mengusap air mataku yang sudah semakin deras.
                “Nic. Kumohon jangan tingalkan aku!.... hiks, hiks” Aku memeluknya dengan sangat erat. Sugguh aku tak ingin kehilangan Nico. Aku tak ingin kehilangannya
                “Berjanjilah Rin!..” Ucap Nico membalas pelukannku.
                “Hiks.. Aku.. Hiks… Aku janji padamu..Aku janji untuk tidak menagis. Aku janji untuk terus menjaga diriku..Hiks. Tapi..hiks…. Nico, kumohon… hiks jangan tinggalkan aku! Nico… hiks… hiks ” Tangisanku pecah, aku benar-banar tak dapat membendung air mataku. Aku takut kehilangan Nico. Nico mengangkat wajahku, dia kemudian mengusap mataku. Kulihat wajahnya lebih damai dari yang sebelumnya.
                “Aku… mencintaimu… rin” Ucap nico dan kemudian kurasakan sentuhan lembut di bibirku. Sungguh ciuman yang sangat tulus tanpa ada nafsu sama sekali. Nico mencium bibirku dengan perasaan seolah-olah ini adalah ciuman terakhirnya. Sambil memeluku dengan sangat erat Nico dan aku terus berpautan. Nico melepaskan ciumannya dari bibirku. Tatapannya sangat sayu. Sementara aku masih saja terus mengucurkan air mataku.
                “Aku juga mencintaimu Nic, aku sangat mencintaimu.”Aku memeluknya. Dan tanpa sadar aku tertidur di pelukan Nico.
               
                “Hmn….” Aku terbangun, dan kulihat bukan lagi bukit tempat aku dan Nico berbaring. Aku kini berada di kamarku, mungkin Nico yang mengantarkanku. Aku mengambil handphone yang berada di samping bantalku dan melihat banyak sekali panggilan dan sms yang masuk. Ketika hendak ingin mebukanya, handphone ku tiba-tiba mati.
                “Uh, bateraynya habis. Ah sudahlah..” Aku kemudian bergegas mandi karena kulirik jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.
                Hari ini aku benar-benar sangat senang. Rasanya aku ingin berteriak karena saking senangnya. Kalian tahu kenapa?Yah, karena semalam. Karena hal-hal yang aku jalani dengan Nico semalam. Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya di sekolah. Aku sudah tidak sabar melihat senyumannya. Pokoknya aku sangat senang hari ini.
                Sesampainya aku di sekolah, aku melihat teman-temanku di ruang kelas. Tapi tampaknya mereka sedang menagis. Tunggu! Menagis?
                “Teman-teman? Kalian kenapa?”Ku hampiri mereka.
                “Hiks… Rin… hiks Riny…. Kau yang tabah yah Rin…. Hiks…. A.. aku tahu ini pasti berat bagimu…. hiks” Cindy, sahabat baikku langsung memelukku. Apa yang terjadi? Kenapa dia begitu sedih?Kenapa?
                “Ri..ii..iinn, hiks kmu yang tabah yah.. hiks…hiks” Cindy dan yang lainya terus saja menagis tersedu-sedu. Aku juga tak bisa menahan air mataku, entah kenapa air mataku turun secara tiba-tiba.
                “Hiks.. Cin… Cindy… apa yang terjadi? Kenapa kalian begitu sedih?”
                “Rin…. Nico… hiks… Nico… dia” Cindy mengucapkannama Nico. Dan pada saat itu juga mataku sungguh sangat panas, air mataku mengalir begitu kencang. Kenapa?Apa yang terjadi pada Nico? Kenapa dadaku serasa sesak?Kenapa?
                “Kenapa Cin!! Hiks… katakan apa yang terjadi dengan  Nico!!! Hiks.Hiks.Hiks.”
                “Nico… hiks Nico… dia… me.. hiks hiks… dia meninggaaalll… Hiks Nico meniggal Rin..hiks”Badanku tiba-tiba lemas. Aku terduduk di kursi yang berada di samping Cindy. Kali ini mataku benar-benar terasa sangat panas. Tangisanku pecah…. Ini tidak mungkin
                “TIDAAK… HIKS..HIKS… CINDY KATAKAN KALAU INI SEMUA BOHONG!!! HIKS..HIKS.. KATAKAN KALAU INI BOHONG!!! HIKS… HIKS, NICO. HIKS, SEMALAM AKU DAN DIA BERKENCAN… KATAKAN KALAU KAU SEDANG BERCANDA!!! HIKS” Aku mengguncang tubuh Cindy sambil terus menangis. Ini tak mungkin... kulihat ke arah Cindy. Dia menggeleng dan tertunduk. Ini pasti bohong.. Nico
                “Itu tak mungkin Rin.. hiks… tak mungkin.. hiks… dia meninggal seminggu yang lalu… dia kecelakaan ketika mencoba menyusulmu ke gunung… hiks, hiks, hiks… mana mungkin kau dan dia berkencan semalam… hiks hiks.” Cindy memelukku yang saat ini terus menangis
                “Nic… hiks hiks… Nico… Nico hiks.”
                Ini tak mngkin padahal… padahal Nico baru saja mengatakan perasaanya semalam… padahal aku baru saja berada di dekatnya… padahal aku…. Hiks…. Aku………..






Kini aku berada di depan kuburan Nico… aku tak akan menyangka kalau seandainya itu adalah malam terakhirku bersamanya… Tetapi aku tidak meneteskan air mataku… karena aku sudah berjanji. Aku berjanji pada nico bahwa ketika tiba hari ini, hari di mana nico sudah pergi. Aku tidak akan menangis.
Nico, ku harap kau akan baik-baik saja di sana. Terima kasih atas segalanya. Aku…… aku mencintaimu…. Nico……. And thanks for that night…….




------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Normal POV
“Hmn… apa yang kau pikirkan?” Ucap sosok yang mengenakan jubah hitam, dan di punggungnya terlihat sepasang sayap yang berwarna sama juga. Malaikat
“Tidak ada” Ucap sosok pemuda yang ditanyai oleh sang malaikat.
“Kalau begitu kita harus cepat. Kita telah kehilangan banyak waktu karena permintaan terakhirmu itu.” Ucap sang malaikat
“Yah….”
“Nico, apa kau menyesal dengan permintaanmu?”
“Tidak… tidak sama sekali…. Aku malah ingin berterima kasih
kepadamu… karena telah mengijinkanku menemui Riny, sehari setelah aku meninggal” Ucap Nico dengan senyuman yang sangat tulus.
“Hmn.. yah, sama-sama Nico… Tetapi kita harus segera pergi.”
“Baiklah.” Kemudian Malaikat itu memegang pundak Nico. Dan detik berikutnya mereka terangkat ke langit. Meninggalkan tempat mereka tadi… tempat dimana ada seorang Gadis perempuan yang sedang tersenyum sambil melelehkan air mata di depan sebuah batu nisan yang bertuliskan NICOLAS STEWARD.
“Selamat tinggal RINY… Aku akan sangat merindukanmu… Aku akan terus mencintaimu RIN…..” Itulah kalimat terakhir dari mulut Nico sebelum dia benar-benar menghilang di langit dengan cahaya yang sangat menyilaukan……………………………………………………..
END


Author: The Rionyx